Jakarta – Renovasi besar-besaran Masjid Istiqlal dan pembangunan terowongan silaturahmi yang terhubung ke Gereja Katedral merupakan inisiasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 10 tahun terakhir pemerintahannya. Masjid dan terowongan silaturahmi yang pernah dikunjungi Paus Fransiskus ini ternyata memiliki desain arsitektur yang keren dan modern.
Sebagaimana diketahui, pada rangkaian kunjungannya ke Indonesia kali ini, Paus Fransiskus turut mengunjungi Masjid Istiqlal di Jakarta. Masjid terbesar di Asia Tenggara itu merupakan salah satu bangunan yang memiliki terowongan bawah tanah, atau biasa disebut terowongan silaturahmi, yang menghubungkan ke Gereja Katedral.
Terowongan silaturahmi dibangun dengan panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, serta lebar 4,1 meter. Adapun luas terowongan area tunnel seluas 136 meter persegi, lalu total luas shelter dan tunnel mencapai 226 meter persegi.
Arsitektur terowongan silaturahmi dibangun dengan gaya modern, yakni mengangkat eksterior menggunakan material transparan. Ini membuat kecantikan desain Masjid Istiqlal dari Gereja Katedral tidak terhalang dari terowongan.
Terowongan silaturahmi tidak hanya menjadi penghubung dan penyambung dua rumah ibadah tersebut, melainkan menjadi simbol kerukunan antarumat beragama pada umumnya, dan umat Islam dan Katolik secara khusus.
Diperlukan waktu sekitar dua tahun dalam merenovasi Masjid Istiqlal, yakni dari 2019 sampai Januari 2021. Dalam renovasinya, Waskita sebagai BUMN Karya pemegang proyek, memperbarui aspek tata pencahayaan yang dilengkapi teknologi kekinian sebagai inovasi green building.
Selain pencahayaan di dalam bangunan pembenahan pencahayaan di luar Istiqlal, salah satunya dengan menyinari bagian kubahnya, sehingga masjid berkapasitas 120 ribu jamaah ini terlihat lebih bersinar saat malam hari.
Renovasi dilakukan tidak hanya bertujuan memaksimalkan fungsi masjid sebagai tempat ibadah, tapi juga memperhatikan aspek arsitektur, seni, serta estetika.
Renovasi yang pertama
Renovasi Masjid Istiqlal merupakan yang pertama dilakukan sejak 42 tahun lalu. Adapun biaya ylang dikeluarkan mencapai Rp 511 miliar yang bersumber dari aggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).