Home Opini The Musketeers: Kemenangan dan Ujian Kekuasaan
Opini

The Musketeers: Kemenangan dan Ujian Kekuasaan

Share
Share

” Mualem cerminan Aceh 5 (lima) tahun mendatang. Untuk bangun Aceh, harus dikelilingi mereka yang hebat dan terbukti bisa dipercaya, ” 

Dalam banyak film peperangan tempo dulu, selalu ada sosok-sosok heroik di balik kemenangan tokoh utama. Seperti halnya kisah Film The Three Musketeers: D’Artagnan. D’Artagnan bersama ketiga musketeers berupaya menyelamatkan Perancis dari konspirasi perang dan berhasil membongkar rencana jahat Kardinal Richelieu yang ingin menjebak Ratu Anne.

Musketeers merupakan penamaan untuk pasukan perang yang cenderung dianggap lebih akurat dalam menjalankan misi dan rela berkorban demi memperjuangkan misi. Namun, dibanyak cerita akhir dari beberapa para Musketeers seringkali tragis. Mereka dikorbankan atau mengorbankan diri demi tujuan yang lebih besar, sehingga tak pernah benar-benar menikmati hasil kemenangan.

Bagaimana jika kisah ini kita pindahkan ke cerita politik terbaru? Tepatnya pada Pilkada Aceh 2024, yang mempertemukan pasangan Muzakir Manaf (Mualem) dan Fadhlullah (Dek Fadh) dengan hasil akhir kemenangan.

Di balik kemenangan tersebut, perjuangan tim sangat berat, karena pilkada kali ini hanya ada dua pasangan, yaitu Butami-syech Fadhil dan Muzakkir Manaf – Dek Fad. Tentunya, para pihak mesti menjalankan strategi pemenangan yang lebih sesuai dengan kemampuan jaringan konstituen dan dukungan keuangan.

Faktanya, Kubu Mualem-Dek Fad membentuk Badan Pemenangan Mualem-Dek Fad sebagai badan pemenangan induk, badan ini diketuai oleh Abu Razak-Sekjen Partai Aceh. Badan ini bukan hanya menjalankan strategi tunggal namun memiliki rencana strategi beragam dan berlapis, mengingat biaya politik yang minim. Salah satunya memastikan semua partai pengusung dan pendukung untuk menggerakkan mesin partainya. Selanjutnya membentuk jaringan relawan pemuda, mahasiswa, perempuan dan berbagai kelompok hobby, dan kelompok relawan lainnya.

Juga utamanya menjalankan mesin Partai Aceh secara efektif dan maksimal karena beberapa Kabupaten/Kota merupakan basis terkuat seperti Aceh Utara. Peran Jhony dan struktur KPA/PA dijalankan secara efektif di Aceh Utara, hasilnya kemenangan Mualem mencapai 83 %.

Strategi selanjutnya adalah kawal suara di 9.694 TPS yang tersebar di 6.497 gampong seluruh Aceh. Khusus kawal suara digawangi oleh ketua Juanda Djamal, BP Mualem-Dek Fad memastikan semua TPS memiliki saksi dan juga merekrut koordinator gampong agar memastikan semua calon pemilih ditingkat gampong dapat hadir di TPS, serta memastikan data C-Plano dapat dikirimkan melalui sistem aplikasi kawalsuara.id yang dikirimkan dalam 10 menit setelah selesai penghitungan.

Tentunya, masih banyak Musketeers lainnya berkontribusi dalam memenangkan Mualem-Dek Fad, mereka bergerak secara voluntary karena kesadaran politik mereka ingin melihat panglima dapat menang dan menjalankan kekuasaan politiknya secara adil, sehingga menjadi anti-thesis oleh kepemimpinan sebelumnya yang dianggap selalu mementingkan personal dan orang sekelilingnya.

Namun, muncul pertanyaan: Apakah peran mereka dapat bertahan atau tergantikan? Apakah mereka hanya mengantar Mualem hingga pelantikan, atau tetap mengawal hingga akhir masa jabatan?

Kemenangan yang Diuji oleh Waktu

Pilkada sudah dimenangkan, namun pertempuran belum berakhir. Kini, Mualem akan menghadapi tantangan baru kedepannya. Mualem harus mampu menjaga konstituen dan koalisinya, agar koalisi politiknya tidak hancur di tengah jalan. Hal ini dapat berakibat fatal, jika tidak dikelola dengan baik, pihak yang dulu mendukung bisa kemudian berbalik arah.

Di tantangan kedua, mualem harus semaksimal mungkin merealisasikan semua janji kampanyenya agar harapan pemilihnya untuk melihat wajah baru Aceh melaluinya terealisasikan. Sebaliknya, jika janji kampanye tidak diwujudkan, dukungan bisa berakhir kekecewaan. Tentu ini bisa menjadi peluang bagi lawan, sebab dibanyak kejadian kalah di Pilkada bukan berarti lawan akan diam. Mereka akan terus mencari celah untuk melemahkan pemerintahan yang baru terbentuk.

Ketiga, pembagian peran antara Mualem sebagai Gubernur dan Dek Fad sebagai Wakil gubernur harus jelas, karena jika berjalan kepemimpinan seperti antrian ‘labi-labi’ (angkot), maka perselisihan keduanya tidak dapat dihindari. Jadi Dek-Fad sebagai Wakil Gubernur mesti memahami tupoksinya sebagai Wagub (bek meutajo tajo) dan juga Mualem sebagai Gubernur juga dapat berbagi peran dengan Wakil Gubernur.

Jika tiga tantangan ini tidak ditangani dengan baik, kemenangan yang diraih dengan susah payah bisa runtuh dalam hitungan bulan. Untuk menanganinya mualem juga butuh Musketeers tentunya.

Mualem kini memiliki kekuasaan politik, sebagai Gubernur perpanjangan tangan pemerintah dan sekaligus kepala pemerintah Aceh. Menggunakan kekuasaan secara efektif adalah wajib agar 20 tahun berjalannya perdamaian dapat mendorong keberhasilan pembangunan kesejahteraan Aceh di era kepemimpinan Mualem. Rakyat Aceh menggantungkan harapan yang amat tinggi pada Mualem.

Publik menunggu putusan strategisnya sebagai pemeran utama dalam episode : ‘Pemerintahan Mualem-Dek Fadh’. Akankah Musketeers yang sudah memenangkan Mualem-Dek Fad bertahan, atau akan muncul Musketeers baru untuk menghadapi pertempuran politik lima tahun ke depan.

Penulis : Awwaluddin Buselia, S.I.P

Share
Tulisan Terkait

Mualem Salat Idul-adha Bareng Istri di Masjid Raya Baiturrahman

PUNCA.CO – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), melaksanakan Salat Iduladha 1446 Hijriah...

Indonesia Kalahkan China 1-0 di Kualifikasi Piala Dunia, Gol Tunggal Romeny Jadi Penentu

PUNCA.CO – Tim nasional Indonesia meraih kemenangan atas China dengan skor tipis...

Ratusan Gampong dan Instansi Meriahkan Pawai Takbir Idul Adha, Peserta di Lepas Asisten Sekda III

PUNCA.CO – Asisten III Sekretaris Daerah Aceh, Muhammad Diwarsyah, melepas peserta pawai...

Wujud Peumulia Jame, Meski Telat 90 Menit Mualem Tetap Sambut Kedatangan Gubernur Sumut

PUNCA.CO – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem menerima kunjungan silaturahmi Gubernur...