PUNCA.CO – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) melaporkan banjir meluas di 16 kabupaten/kota di Aceh sejak 18 hingga 27 November 2025. Hingga Kamis (27/11/2025) sebanyak 33.817 kepala keluarga atau 119.988 jiwa terdampak, sementara 6.998 KK atau 20.759 jiwa terpaksa mengungsi ke lokasi lebih aman.
Cuaca ekstrem berupa hujan deras, angin kencang, serta kondisi geologi yang labil menjadi pemicu utama banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak di berbagai wilayah tersebut.
Di Kabupaten Bener Meriah, bencana banjir bandang dan longsor menimbulkan korban jiwa. Seorang warga dilaporkan hilang dan terseret arus saat banjir terjadi di Kecamatan Wih Pesam. Hujan intensitas tinggi juga menyebabkan longsor di Desa Pantai Kemuning, Kecamatan Timang Gajah pada Rabu (19/11/2025). Banjir merendam 10 kecamatan, termasuk Bandar, Bener Kelipah, Bukit, Gajah Putih, Mesidah, Permata, Pintu Rime Gayo, Syiah Utama, Timang Gajah, dan Wih Pesam.
Baca juga: Polres Pidie Jaya dan Tim Gabungan Temukan Santri yang Hanyut di Jangka Buya
Aceh Besar menjadi wilayah terdampak terbaru dengan ketinggian air 30–50 cm di 23 kecamatan. Sebanyak 36 KK telah mengungsi. Di Kabupaten Pidie, banjir merendam 2.979 KK atau 12.853 jiwa, sementara 2.081 KK atau 7.585 jiwa mengungsi karena air belum menunjukkan tanda surut. Pidie Jaya dan Bireuen juga mengalami banjir dengan ketinggian air 30–100 cm. Sebanyak 6.039 KK atau 22.190 jiwa terdampak di Pidie Jaya, sementara Bireuen melaporkan 956 KK atau 2.272 jiwa terdampak, meski belum ada laporan pengungsian.
Kota Lhokseumawe mengalami banjir dan longsor sejak 26 November akibat hujan tanpa henti yang terjadi selama sepekan. Empat kecamatan terdampak, yakni Banda Sakti, Blang Mangat, Muara Dua yang mencatat 100 KK terdampak, serta Muara Satu. Kondisi serupa juga terjadi di Aceh Timur, di mana 7.972 KK atau 29.706 jiwa terdampak, dan 920 KK atau 2.456 jiwa mengungsi. Tiga rumah dilaporkan rusak berat, satu rusak sedang, dan satu rusak ringan akibat banjir.
Banjir di Kota Langsa dipicu air kiriman dari perkebunan kelapa sawit PTPN 1. Sebanyak 110 rumah di Desa Paya Bujok Seulemak terendam. Air masih belum surut dan banjir meluas ke sejumlah kecamatan seperti Langsa Barat, Langsa Kota, Langsa Lama, dan Langsa Timur.
Baca juga: Mualem Tinjau Titik Pengungsi di Pidie
Di Kabupaten Gayo Lues, banjir merendam 11 kecamatan dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda surut. Sementara itu, Aceh Barat dan Subulussalam juga berada dalam kondisi darurat banjir. Di Aceh Barat, banjir setinggi 130 cm berdampak pada 183 KK atau 265 jiwa. Subulussalam melaporkan 1.981 KK atau 9.291 jiwa terdampak.
Di Aceh Singkil, luapan Sungai Lae Cinendang menyebabkan 6.579 KK atau 25.827 jiwa terdampak. Hingga laporan terbaru, air belum surut dan ketinggian air berkisar 50–80 cm. Di Aceh Utara, banjir merusak tebing sungai dan merendam 27 kecamatan. Sebanyak 2.028 KK atau 3.690 jiwa terdampak dan 438 KK atau 1.444 jiwa mengungsi.
Aceh Selatan turut mengalami banjir sejak 22 November. Sebanyak 858 KK atau 3.106 jiwa terdampak, namun air telah mulai surut di beberapa titik.
Melihat kondisi yang meluas dan kompleks, delapan kabupaten/kota kini menetapkan status darurat bencana hidrometeorologi. Plt Kalaksa BPBA, Fadmi Ridwan, menyebutkan wilayah tersebut adalah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Singkil, Aceh Barat Daya, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, dan Aceh Barat.
Pemerintah kabupaten/kota juga telah menerima instruksi dari Kementerian Dalam Negeri untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana. BPBA memastikan seluruh BPBD di Aceh telah mengaktifkan posko siaga, melakukan evakuasi warga, menyiapkan logistik darurat, dan menyediakan layanan kesehatan.
Fadmi mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi banjir susulan, tanah longsor, dan pergerakan tanah, mengingat cuaca ekstrem diperkirakan masih berlangsung. “Masyarakat segera mengungsi ke tempat aman jika air terus naik serta mengikuti arahan petugas di lapangan,” ujarnya.
Baca juga: Gempa 6,5 Magnitudo Guncang Simeulue, 12 Warga di Aceh Dilaporkan Luka-Luka
BPBA terus melakukan pemantauan dan koordinasi agar seluruh langkah penanganan darurat dapat berjalan lancar, termasuk percepatan pendataan korban dan pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak.










