PUNCA.CO – Ramadan di Aceh tidak hanya tentang ibadah, tetapi juga momen yang ditunggu-tunggu untuk berburu dan menikmati aneka takjil. Salah satu contoh lokasi favorit warga Banda Aceh adalah Jln Tgk Pulo Dibaroh, Kampung Baru, yang setiap sore ramai dengan puluhan tenda penjual makanan berbuka. Dari pantauan media pada Selasa (11/3), jalan ini dipadati warga yang mencari hidangan lezat untuk berbuka puasa. Namun, di tengah maraknya takjil modern, beberapa kuliner khas Aceh semakin sulit ditemukan dan mulai kurang diminati oleh generasi muda.
Meskipun jumlahnya semakin berkurang, beberapa takjil khas Aceh masih bertahan. Salah satunya adalah Lemang, makanan berbahan dasar ketan dan santan yang dimasak dalam bambu. Aromanya yang khas dan rasanya yang gurih menjadikannya pilihan favorit, terutama bagi mereka yang ingin bernostalgia dengan cita rasa tradisional.
Namun, tidak semua takjil khas Aceh seberuntung lemang. Beberapa makanan tradisional mulai jarang dijual karena proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu lama. Selain itu, harga bahan baku yang semakin mahal membuat pedagang harus menjualnya dengan harga tinggi, sehingga kurang diminati pembeli.

Meski begitu, ada beberapa kuliner khas yang masih memiliki peminat setia. Bubur Kanji Rumbi, misalnya, tetap menjadi favorit karena kaya akan rempah dan dipercaya menyehatkan setelah seharian berpuasa. Hidangan ini biasanya dicampur dengan daging ayam atau udang, menambah cita rasanya yang khas.
Selain itu, Timphan juga masih cukup mudah ditemukan. Kue berbahan dasar tepung ketan dan pisang ini dibungkus daun pisang dan dikukus hingga empuk. Dengan isian srikaya atau kelapa parut, timphan tetap menjadi pilihan banyak orang untuk berbuka puasa.
Menurut beberapa pedagang, takjil tradisional memang masih memiliki peminat, tetapi jumlahnya semakin berkurang. Banyak orang kini lebih memilih makanan yang praktis dan kekinian, seperti minuman boba, puding modern, atau dessert cup, yang lebih menarik bagi generasi muda. Jika tidak ada upaya untuk melestarikan, takjil khas Aceh bisa benar-benar hilang di masa depan.