PUNCA.CO – Kasatreskrim Polresta Banda Aceh, Kompol Fadhillah Aditya Pratama mengatakan Wahidin (50) anggota Satuan Tugas (Satgas) Universitas Abulyatama Aceh yang dilaporkan meninggal dunia saat mengamankan aksi unjuk rasa di lingkungan kampus, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
Menurutnya, korban tiba di Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati dalam kondisi tidak sadarkan diri dan setelah dilakukan pemeriksaan medis, dinyatakan meninggal dunia.
“Korban dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 11.20 WIB dalam kondisi denyut nadi tidak teraba, tidak bernapas, dan tekanan darah tidak terbaca. Setelah dilakukan EKG, korban dinyatakan meninggal dunia,” ujar Kompol Fadhillah saat dikonfirmasi, Jumat (18/4/2025).
Dokter yang menangani korban di IGD menyampaikan korban di bawa dalam keadaan dingin dan tidak memberikan respon.
Baca juga: Satu Satgas Universitas Abulyatama Tewas Saat Amankan Unjuk Rasa
Hasil pemeriksaan luar (visum) juga menunjukkan tidak ada luka atau memar pada tubuh korban.
“Tidak ditemukan bekas pukulan atau tanda-tanda kekerasan. Hanya ada pasir di bagian kepala korban, dan korban mengeluarkan air seni,” jelasnya.
Wahidin diketahui merupakan warga Desa Bung Bak Jok, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar. Setelah dinyatakan meninggal, jenazah dipulangkan ke rumah duka menggunakan ambulans milik RS Pertamedika atas permintaan pihak keluarga.
“Pihak kelurga pun sudah membuat pernyataan menolak dilakukan outopsi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Rektor Universitas Abulyatama, Dr. Nurlis Effendi mengungkapkan bahwa aksi unjuk rasa yang berujung ricuh dan menyebabkan satu korban jiwa pada Kamis (17/4/2025), tidak disertai pemberitahuan atau koordinasi dengan pihak kampus.
Dalam pernyataannya, Nurlis menegaskan bahwa pihak rektorat sama sekali tidak mengetahui adanya rencana aksi yang diikuti oleh mahasiswa, dosen, hingga sejumlah massa dari luar kampus.
Aksi yang tiba-tiba dan berujung kekerasan itu menyebabkan satu anggota Satuan Tugas (Satgas) kampus, Wahidin, meninggal dunia akibat luka berat di bagian kepala.
“Kami benar-benar kaget. Tidak ada pemberitahuan apapun sebelumnya. Kalau ada informasi, kami pasti buka ruang dialog. Tapi ini tiba-tiba dan langsung anarkis,” ujar Nurlis saat dikonfirmasi.










