Home Opini Kembalikan, Perdamaian Aceh Bukan Hadiah
Opini

Kembalikan, Perdamaian Aceh Bukan Hadiah

Share
Kembalikan, Perdamaian Aceh Bukan Hadiah
Pendukung Gerakan Aceh Merdeka merayakan ulang tahun ke-23 kelompok mereka pada Desember 1999. | Dok. Paula Bronstein via Getty
Share

Oleh: Dr. Usman Lamreung

Aceh bukan sekadar entitas administratif dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia adalah ruang sejarah, benteng perlawanan, dan simbol keteguhan bangsa yang sejak masa kerajaan telah memainkan peran strategis dalam arus besar geopolitik Asia Tenggara.

Baca juga: Sikapi Kedatangan Boby, Usman Lamreung Sebut Tidak Ada Kompromi Dalam Hal Batas Teritorial

Sayangnya, cara pandang sebagian elite pusat terhadap Aceh masih berkutat pada pendekatan teknokratis yang kering dan parsial. Penetapan empat pulau di Aceh Singkil; yakni Pulau Panjang, Pulau Limpan, Pulau Mangkir Besar, dan Pulau Mangkir Kecil sebagai bagian dari Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu bentuk kekeliruan yang sangat disayangkan. Ini bukan sekadar soal peta, tapi menyangkut harga diri dan memori kolektif rakyat Aceh.

Konflik Aceh | Dok. Getty/AFP/Inong

Keputusan tersebut mencerminkan ketidaksensitifan pemerintah pusat terhadap dimensi historis dan psikososial masyarakat Aceh. Tindakan administratif yang terburu-buru tanpa komunikasi bermartabat hanya akan memperuncing ketidakpercayaan dan berpotensi merusak tatanan damai yang telah dibangun dengan darah dan diplomasi.

Baca juga: Pernyataan Tito Karnavian Kurang Relevan Jika Merujuk Kesepakatan 1992 Masa Ibrahim Hasan

Perdamaian Aceh adalah titik balik penting dalam sejarah Indonesia modern. ‘Itu bukan hadiah’ dari pusat, melainkan hasil dari perjuangan panjang rakyat Aceh dan kompromi besar demi keutuhan bangsa. Oleh karena itu, segala bentuk kebijakan yang menyentuh urat nadi identitas dan kedaulatan lokal Aceh harus dikaji dengan kepekaan sejarah dan keadilan politik.

Kembalikan, Perdamaian Aceh Bukan Hadiah
Konflik Aceh 1999-2004 | Dok. TeukuPuteh

Jika pusat menginginkan Aceh tetap menjadi mitra strategis dalam pembangunan nasional, maka hargailah ruang hidup, ruang budaya, dan ruang sejarahnya. Jangan sakiti kepercayaan masyarakat dengan keputusan sepihak yang melabrak rasa keadilan.

Baca juga: Bawa Bendera Bulan Bintang, Mahasiswa Demo Tolak Pencaplokan Pulau di Singkil

Aceh tidak sedang meminta perlakuan istimewa. Aceh hanya ingin haknya yang sah ditegakkan. Kembalikan empat pulau itu ke pangkuan Aceh, agar perdamaian tidak berubah menjadi bara, dan kepercayaan tidak bergeser menjadi kekecewaan.

Penulis: Dr. Usman Lamreung / Direktur Emirates Development Research (EDR)

Share
Tulisan Terkait

Resmi Jadi Sekda Definitif, M. Nasir Terima Enam Tugas Penting dari Gubernur Muzakir Manaf

PUNCA.CO – Muhammad Nasir resmi menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh definitif....

Memperingati 20 Tahun Damai Aceh, Wali Nanggroe Soroti Persoalan Mendasar yang Belum Selesai

PUNCA.CO – Dalam rangka memperingati 20 tahun perdamaian Aceh, Wali Nanggroe Aceh...

Peringatan 20 Tahun Perdamaian Aceh, Mualem Sampaikan Kekecewaannya

PUNCA.CO – Memasuki dua dekade perdamaian Aceh, Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau...

Polisi Olah TKP Penemuan Mayat di Kecamatan Syiah Kuala

PUNCA.CO – Personel Polresta Banda Aceh melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP)...