PUNCA.CO – Aksi Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Teuku Raja Aulia Habibie, menarik perhatian publik. Ia menyuarakan penolakan terhadap pendirian batalyon baru di Aceh langsung di depan Istana Presiden dalam Aksi Indonesia (C)emas yang digelar BEM Seluruh Indonesia (SI), Senin (28/7/2025).
Penolakan ini bukan yang pertama dilakukan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Ar-Raniry. Organisasi mahasiswa kampus biru itu telah beberapa kali menggelar aksi serupa, bahkan aktif menyuarakan penolakan melalui berbagai unggahan poster di media sosial resminya.
“Hari ini saya yakin bahwa pemerintah Indonesia itu tuli. Dulu saya kira ketika saya menyampaikan aspirasi di daerah, karena jauh di ujung Sumatera makanya tidak sampai ke sini. Tapi ternyata ketika saya sampai di pusat (Istana Presiden), sama saja. Pemerintah Indonesia itu tuli teman-teman,” ujar Habibie dalam orasinya.
Tak hanya menyampaikan orasi, DEMA UIN Ar-Raniry juga memasukkan penolakan pendirian batalyon baru ke dalam salah satu tuntutan resmi aksi, yang diterima langsung oleh Wakil Menteri Sekretaris Negara, Bambang Eko Suhariyanto.
Tuntutan itu tercantum dalam poin ke-4 dari total 11 poin yang diajukan dalam aksi, dengan bunyi sebagai berikut:
“Mendesak Pemerintah untuk segera membatalkan pembangunan 5 batalion baru di Aceh dan segera untuk membuka data spesifik terkait jumlah Tentara Organik yang ditempatkan di Aceh sesuai dengan MoU Helsinki.”
Baca juga: Muda Seudang Nilai Penambahan Batalyon di Aceh Memunculkan Kegelisahan Baru
Dalam orasinya, Habibie juga menyinggung sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh melawan penjajah. Ia menyayangkan kondisi saat ini, di mana rakyat Aceh merasa seperti dijajah oleh negara yang dulu turut mereka perjuangkan.
“Saya sampaikan, sejarah Aceh itu panjang. Bagaimana rakyat Aceh yang dulunya berjuang melawan penjajah Belanda demi kedaulatan NKRI. Tapi kenapa hari ini kami sendiri dijajah?” tegas Habibie.
Baca juga: Perempuan Merdeka Tolak Penempatan 4 Batalyon Tambahan ke Aceh
“Kami sampaikan di sini, kami nyatakan kami akan lawan. Kami menolak pendirian batalyon baru di Aceh,” tambahnya.
Aksi ini diikuti ribuan mahasiswa dari berbagai daerah yang tergabung dalam BEM SI. Dalam video yang beredar di media sosial, tampak ratusan aparat kepolisian mengawal jalannya aksi dan beberapa kali mengingatkan peserta untuk menjaga ketertiban.