PUNCA.CO – Lonjakan harga emas dalam beberapa tahun terakhir membuat masyarakat Aceh mulai mengurangi jumlah pembelian emas, terutama untuk kebutuhan mahar pernikahan. Jika sebelumnya pembelian bisa mencapai belasan mayam, kini rata-rata hanya berkisar antara 6 hingga 10 mayam.
Pedagang emas di Banda Aceh, Daffa Shabirah, mengatakan bahwa tren tersebut terlihat jelas dalam setahun terakhir. “Sekarang yang menikah paling beli 6 atau 7 mayam. Kalau bisa sampai 15 mayam itu sudah tergolong banyak sekali,” ujarnya, Selasa (28/10/2025).
Baca juga: 24 Bidang Lahan Tol Masih Tertahan, Wagub Aceh Desak Rampungkan Akhir Oktober Ini
Menurut Daffa, penurunan jumlah pembelian ini dipengaruhi dua faktor utama, yaitu kondisi ekonomi masyarakat yang menurun dan harga emas yang terus naik. “Kalau kita lihat, pendapatan masyarakat sekarang turun sekitar 10 sampai 20 persen dibanding tiga tahun lalu. Sementara harga emas justru terus meningkat,” katanya.
Ia menjelaskan, kenaikan harga emas telah memperlemah daya beli masyarakat secara umum. Dalam satu tahun terakhir, tren pembelian emas di Banda Aceh mengalami penurunan cukup tajam. “Daya beli masyarakat berkurang, inflasi juga tinggi. Jadi wajar kalau orang kini lebih berhati-hati membeli emas,” tambahnya.
Baca juga: Silahturahmi dengan Wali Nanggroe, Susi Bahas Penerbangan Perintis di Seluruh Aceh
Meski begitu, Daffa menilai masyarakat Aceh masih mempertahankan tradisi menjadikan emas sebagai bagian penting dalam prosesi pernikahan. “Orang Aceh tetap beli emas, tapi jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan. Nilai simboliknya tetap dijaga, hanya porsinya yang dikurangi,” ujarnya.
Saat ini, harga emas murni mulai turun pasca melonjak drastis beberapa waktu lalu yang mencapai Rp7,7 juta. Selasa (28/10/2025) emas murni di Banda Aceh kembali turun, dijual Rp6,9 juta per mayam belum termasuk ongkos pembuatan.










