PUNCA.CO – Petani padi di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, kembali menghadapi kelangkaan pupuk bersubsidi, terutama jenis urea, yang telah dirasakan sejak awal masa pembenihan sekitar satu bulan terakhir. Kondisi ini berdampak langsung pada pertumbuhan padi dan hasil panen petani.
Seorang petani Gampong Meureu, Iskandar, mengatakan kelangkaan pupuk bukan kali pertama terjadi. Menurutnya, masalah ini terus berulang setiap musim tanam yang berlangsung dua kali dalam setahun. Meski pembelian pupuk kini menggunakan sistem KTP dan dibatasi per kepala keluarga, jatah pupuk dinilai tidak sebanding dengan luas lahan sawah yang digarap petani.
“Pupuk urea paling susah didapat. Dari awal semai sampai sekarang kami cari ke mana-mana tidak ada. Sudah ke Blang Bintang, Seulimeum, sampai Lembah Seulawah, tetap kosong,” ujar Iskandar, Kamis (25/12/2025).
Baca juga: Petani Pidie Jaya Gagal Nikmati Hasil Panen
Ia menjelaskan, keterbatasan pupuk membuat petani tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman padi secara optimal. Akibatnya, hasil panen cenderung stagnan bahkan menurun dibanding musim sebelumnya, meski modal tanam sudah dikeluarkan sejak awal.
“Modal sudah keluar, tapi pupuk tidak cukup. Otomatis hasil panen tidak maksimal. Ini sangat mengecewakan petani,” katanya.
Keluhan serupa disampaikan petani lainnya, Aisyah. Ia menyebut kelangkaan pupuk urea selalu terjadi setiap musim tanam, terutama bagi petani sawah tadah hujan yang sangat bergantung pada waktu dan ketersediaan nutrisi tanaman. Ia juga mempertanyakan distribusi pupuk yang dinilai tidak merata.
Baca juga: Kak Na Apresiasi Upaya Tanggap Darurat Warga Gampong Buket Linteung
“Untuk petani sawit pupuk tidak langka, bisa dapat berton-ton. Tapi untuk petani padi selalu sulit. Padahal kami sedang sangat butuh pupuk saat padi butuh nutrisi,” ucap Aisyah.
Menurut para petani, pupuk subsidi memang bisa diakses melalui kios resmi, namun stok hampir selalu kosong. Jika pun tersedia di luar skema subsidi, harga pupuk bisa mencapai Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per karung, itu pun sering kali tanpa kepastian barang.
“Kalau harga subsidi tahun lalu dijual Rp130 ribu,” jelasnya.










