PUNCA.CO – Ribuan pelajar tingkat SMA diketahui berada dalam kondisi rawan putus sekolah. Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, menyebut hasil survei di 108 sekolah menunjukkan tercatat 1.200 siswa kini berada di ambang berhenti belajar.
“Angka ini bukan kecil. Sekitar 1.200 siswa SMA kita berada dalam kondisi rentan putus sekolah,” ujar Marthunis di Banda Aceh, Rabu (8/10/2025).
Baca juga: Empat Rumah di Langsa Ludes Terbakar
Ia menegaskan, kondisi tersebut menjadi alarm bagi semua pihak untuk bergerak cepat menyelamatkan masa depan generasi muda Aceh. Menurutnya, akar persoalan tidak hanya soal ekonomi, tapi juga menyangkut kondisi sosial dan psikologis siswa.
“Banyak faktor penyebabnya. Ada yang karena ekonomi, ada yang karena situasi keluarga yang tidak harmonis, bahkan karena kehilangan motivasi belajar. Ini masalah yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan uang,” jelasnya.
Baca juga: Kunjungan Delegasi Kepolisian Prancis Perkuat Kerja Sama dan Motivasi Calon Bintara Polwan
Pemerintah Aceh, kata Marthunis, telah berupaya membantu lewat program beasiswa bagi pelajar kurang mampu. Namun, ia menilai langkah itu perlu diperkuat dengan dukungan sosial yang lebih luas. “Beasiswa memang membantu, tapi harus ada gerakan bersama. Orang tua asuh, peran guru, dan kepedulian masyarakat sangat dibutuhkan untuk memastikan anak-anak ini tidak berhenti sekolah,” ujarnya.
Ia menekankan peran guru sebagai garda terdepan dalam mencegah putus sekolah. Guru diharapkan mampu mendeteksi dini perubahan perilaku siswa dan menjalin komunikasi aktif dengan orang tua. “Guru bukan hanya mengajar, tapi juga menjaga. Ketika ada siswa yang mulai kehilangan semangat, guru harus hadir memberi dorongan,” kata Marthunis.
Baca juga: Penggerak Wisata Desak Pemerintah Aceh Buat Aturan Keselamatan Pantai dan Pasang Rambu Keselamatan
Meski menghadapi tantangan besar, ia optimistis anak-anak Aceh memiliki potensi luar biasa. Ia mencontohkan, seorang pelajar di Nisam, Aceh Utara, yang dulu terdampak konflik berhasil menembus tingkat nasional dalam ajang Olimpiade Fisika.
“Potensi anak Aceh sama besarnya baik dari perkotaan maupun perdesaan. Tugas kita menemukan dan memoles mereka agar bisa bersinar,” tuturnya.